Dua Jenis BBM di Maluku Mulai Langka

KABARTIMURNEWS.COM.AMBON- Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar kini mulai terlihat. Misalnya saja di kawasan kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), dua jenis BBM ini makin susah didapat.
Kondisi ini sudah terjadi sejak seminggu yang lalu. Nelayan mulai mengeluh. Selain tidak bisa melaut, kelangkaan ini juga berdampak terhadap pendapatan ekonomi hidup mereka.
Menyikapi hal tersebut, Juru Bicara DPP Hena Hetu, Rauf Pelu mengatakan, kelangkaan BBM di Jazirah Leihitu bukan baru sekali terjadi. Wilayah ini sudah menjadi wilayah yang kerap susah BBM jenis premium dan solar.
Pertamina sengaja memaksakan masyarakat untuk membeli pertalite dan pertamax. Padahal, masyarakat jazirah yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan, sangat membutuhkan premium dan atau solar.
"Bukan pertamax atau pertalite. Dua BBM jenis ini tidak mampu dibeli nelayan. Jadi jangan paksa masyarakat. Premium langkah di jazirah itu karena memang pertamina sengaja," tutur Pelu
Pelu menjelaskan, pertamina itu penugasan. Sesuai peraturan presiden nomor 43 nomor 2018 tentang perubahan atas peraturan presiden nomor 191 tahun 2014 tentang penyediaan, pendistribusian dan harga jual eceran BBM.
Jadi sesuai dengan peraturan tersebut, pertamina seharusnya bisa melaksanakan di lapangan tanpa harus memandang wilayah mana yang lebih dulu disalurkan.
"Kita di wilayah Leihitu ini wilayah pesisir yang masyarakatnya kebanyakan nelayan. Kalau tidak ada premium dan solar, itu khan kasian. Siapa yang mau kasih mereka uang untuk biaya hidup di masa covid-19 ini," tegas Pelu.
Dia mendesak DPRD Provinsi Maluku untuk bisa memanggil pihak PT Pertamina Cabang Ambon guna mempertanyakan kelangkaan BBM dimaksud. Sebab dimasa pandemi ini, banyak nelayan yang kemudian memilih tidak beraktivitas akibat dari kelangkaan premium dan solar tersebut.
"Pak Gubernur Maluku juga harus bisa melihat persoalan ini. Kasian jadinya kalau BBM langkah. Sebab sangat berimbas terhadap nelayan yang ada di Maluku," harapnya. (KTY)
Komentar