Ini Kata BMKG Tentang Gempa Malut, Bali dan Ambon
KABARTIMURNEWS.COM,AMBON- Pasca gempa yang terjadi di Maluku Utara (Malut), Bali dan Ambon-Maluku beberapa hari lalu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), terus memonitoring aktivitas kegempaan di tiga wilayah tersebut.
Hasil monitoring BMKG terhadap gempa laut Malut dengan kekuatan magnetudo 7,1 SR pada Jumat (15/11) dini hari lalu, hingga Sabtu (16/11) pukul 20.00 WIT, tercatat sebanyak 185 kali aktivitas gempa susulan (aftershocks) terjadi.
Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, melalui rilisnya yang diterima Kabar Timur dari Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Ambon, Andi Azhar Rusdin, mengaku, dari 185 kali gempa susulan yang mengguncang itu memiliki variasi magnitudo dan kedalamannya. Di mana, gempa susulan berkekuatan paling besar adalah 6,1 SR dan terkecil 2,7 SR. “Sementara yang dirasakan masyarakat sebanyak 10 kali,” kata Andi dalam rilis itu, Sabtu (16/11).
Tipe gempa laut Malut diawali dengan pendahuluan (foreshocks). Kemudian terjadi gempa utama (main shock), dan selanjutnya diikuti oleh serangkaian aktivitas gempa susulan.
Sebelum terjadi gempa utama berkekuatan 7,1 SR, di sekitar lokasi episenter gempa utama tersebut telah terjadi 2 kali aktivitas gempa. Yaitu pada 12 November 2011 pukul 15.11 WIB silam dengan kekuatan 4,4 SR dan 13 November 2019 pukul 18.18 WIB dengan magnitudo 3,4 SR. “Aktivitas 2 gempa ini diyakini sebagai gempa pendahuluan dari gempa laut Malut,” terangnya.
Sementara untuk gempa yang terjadi di Bali Utara, BMKG mengaku sebelumnya pada petang hari tanggal 14 November 2019 pukul 17.21 WIB, wilayah ini juga diguncang gempa M=5,0. Gempa yang sempat membuat panik masyarakat Bali ini juga diikuti serangkaian gempa susulan.
Hingga Sabtu (16/11) pukul 18.00 WIB telah tercatat sebanyak 100 kali gempa susulan. Seperti halnya gempa laut di Malut, gempa Bali Utara ini juga didahului oleh gempa pendahuluan pada pukul 17.09 WIB dengan magnitudo 4,4 SR dan pukul 17.10 WIB dengan magnitudo 4,6 SR.
Sedangkan untuk Gempa Ambon, jauh hari sebelumnya, menurut BMKG, Ambon dan sekitarnya juga telah diguncang gempa berkekuatan 6,5 SR pada 26 September 2019. Gempa ini sangat destruktif dan menimbulkan korban jiwa.
Menariknya, hingga Sabtu (16/11), pukul 18.00 WIB atau 20.00 WIT, BMKG masih mencatat aktivitas gempa susulan sebanyak 2.345 kali dengan magnitudo terbesar 5,6 SR dan terkecil 1.0 SR. “Adapun gempa susulan yang guncangannya dirasakan terjadi sebanyak 269 kali,” katanya.
Menurutnya, gempa Ambon juga didahului oleh serangkaian gempa pendahuluan. Sebelum terjadi gempa utama, BMKG mencatat rentetan gempa pendahuluan dengan magnitudo antara 1,5 SR-3,5 SR terjadi sebanyak 30 kali sejak 28 Agustus 2019.
SUMBER GEMPA BEDA MEKANISME TID
Gempa laut Malut, Bali Utara, dan Ambon, meski memiliki tipe yang sama, yaitu didahului dengan serangkaian gempa pendahuluan, namun memiliki perbedaan dalam hal sumber gempa dan mekanisme sumbernya.
Gempa Malut dipicu adanya deformasi batuan dalam lempeng laut Malut. Sementara gempa Bali dibangkitkan sumber gempa sesar naik di Utara Bali, dan sedangkan untuk gempa Ambon terjadi akibat aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan sebelumnya.
Selain itu, ketiga gempa di wilayah berbeda tersebut juga memiliki perbedaan dalam mekanisme sumbernya. Gempa Malut memiliki mekanisme sumber sesar naik (thrust fault). Gempa Utara Bali memiliki mekanisme sumber kombinasi pergerakan dalam arah mendatar dan naik (oblique thrust). Sementara gempa Ambon memiliki mekanisme sesar geser (strike slip). (CR1)
Komentar