Penangkapan di Latu Berujung Maut

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Ketika terjadi adu mulut antara aparat dan masyarakat tiba tiba terjadi bunyi tembakan berentet 5 kali ke arah warga dalam jarak 15 meter.
Satu meninggal, dua orang terluka pasca penangkapan KP, salah satu tersangka penganiayaan Syamsul Lussy hingga meregang nyawa di Desa Latu, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Rabu (16/5). malam.
Korban meninggal Sulaiman Patty. Ia tewas seketika di Tempat Kejadian Perkara (TKP) setelah timah panas bersarang di dada kanan. Sementara dua warga luka kritis adalah Mukhtar Patty, tertembak di lengan kanan dan Asnawi Patty, mengenai pelipis kepala bagian kanan.
Ketiga warga Desa Latu tersebut diduga ditembak oknum personel Brimob Pelopor Detasemen B Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, setelah dihadang saat hendak mengamankan markas Polsek Amalatu yang diserang warga di Desa Latu.
Menurut Muhammad Patty, warga Desa Latu dalam rilisnya yang diterima Kabar Timur, Kamis (16/5), mengungkapkan, insiden penembakan berawal ketika masyarakat melakukan aksi protes penangkapan terhadap KP, seorang pemuda yang diduga sebagai pelaku pembunuhan saudara Syamsul Lussy, warga Hualoy di Hutan Desa Latu, pada 5 Mei 2019.
“Saat itu warga hendak menghalau rombongan aparat Brimob yang baru tiba dari Masohi. Ketika terjadi adu mulut antara aparat dan masyarakat tiba tiba terjadi bunyi tembakan berentet 5 kali ke arah warga dalam jarak 15 meter oleh pasukan trek kedua,” katanya.
Rentetan tembakan aparat mengenai Sulaiman Patty. Korban seketika meninggal dunia di TKP. Melihat korban terkapar, warga serentak melempari aparat dengan kayu, batu dan tiga buah bom rakitan.
“Serentak aparat Brimob membalas reaksi warga Latu dengan tembakan rentetan beruntun selama 10 menit ke arah warga dan rumah warga. Beberapa rumah warga mengalami rusak ringan (dindingnya bocor bocor),” tulis Patty dalam rilisnya.
Mencermati kejadian itu, Patty mengaku aparat Brimob telah memperlihatkan aksi brutal, emosional, seolah menganggap warga adalah musuh mereka. Padahal, aksi protes warga tidak terdapat indikasi mengancam keselamatan aparat.
“Mereka (aparat) telah mencederai Hak Asasi Manusia, menggunakan senjata untuk membunuh rakyat,” sesalnya.
Atas kejadian itu, masyarakat mendesak agar komandan Lapangan Brimob Detasemen B Pelopor harus secara kesatria menyerahkan anak buahnya yang melakukan penembakan untuk diproses sesuai hukum yang berlaku.
“Pelaku penembakan warga Latu harus dipecat dari institusi Brimob. Komandan lapangan harus menjadi jaminan bila dalam proses pengusutan pelaku penembakan mengalami jalan buntu,” pintanya.
Menurutnya, Brimob sebagai pasukan elitnya Polri seyogyanya harus menjaga dan melindungi rakyat. Brimob harus mengayomi rakyat yang hendak, sedang, dan setelah menyampaikan aspirasinya kepada negara.
“Brimob bukan aparat satu golongan, melainkan aparat negara. Oleh sebab itu wajib melindungi warga negara dalam keadaan apapun. Kami mengutuk tindakan brutal anarkis oleh rombongan aparat Brimob Detasemen B Amahai,” pungkasnya.
Kabid Humas Polda Maluku Kombes Pol. Muhamad Roem Ohoirat membenarkan adanya penembakan yang menyebabkan tiga warga Latu terluka. Satu diantaranya meninggal dunia.
Menurutnya, terjadinya penembakan setelah kendaraan yang ditumpangi personel Brimob dihadang, dilempar pakai batu dan bom rakitan, serta ditembak warga menggunakan senjata api.
“Mereka (Brimob) berangkat dari Masohi ke Polsek Amalatu, setibanya di Desa Latu, terjadi penyerangan terhadap mereka. Ada blokade, mereka diserang, serang dengan bom, dengan lemparan termasuk dengan penembakan,” kata Ohoirat kepada wartawan di ruang kerjanya, kemarin.
Menurutnya, akibat serangan bom, lemparan dan tembakan dari masyarakat setempat, mengakibatkan kaca mobil truk bagian belakang yang ditumpangi aparat pecah. Belakang mobil bolong akibat peluru dari arah tembakan warga.
“Belakang mobil yang kena tembak berarti ada penyerangan juga dari bagian belakang mobil. Juga di depan mobil truk. Kita lihat sobekan dimungkinkan ini akibat lemparan bom, kaca mobil juga pecah dari belakang. Jadi kita diserang di Latu itu dari depan, belakang dan kiri kanan, anggota cuma bertahan sambil mundur dan melepaskan tembakan. Kejadian ini mengakibatkan 1 orang korban meninggal dunia, dan dua orang mengalami luka-luka,” katanya.
Untuk korban terluka akibat terkena reptil panas, Ohoirat tidak membantah. Namun reptil yang mengakibatkan korban meninggal belum bisa dipastikan dari moncong senjata aparat. Sebab, saat itu, warga juga menggunakan senjata api.
“Saya tidak bisa mengelak bahwa ini akibat dari pada tembakan anggota Brimob, saya tidak bilang bahwa itu tidak. Tapi saya tidak bilang bahwa itu iya. Kenapa, karena masyarakat juga melakukan penembakan terhadap kita dari depan dan belakang. Jadi tidak tahu yang bersangkutan, korban ini akibat dari pelurunya siapa,” jelas mentan Wakil Direktur Krimsus Polda Maluku ini.
Siapa pelaku penembakan terhadap korban meninggal bisa diketahui jika pihak keluarga menghendaki untuk dilakukan otopsi kepada almarhum. Karena dari otopsi pihaknya bisa mengetahui jenis peluru yang bersarang di tubuh korban.
“Bisa diketahui peluru kira-kira kaliber berapa, dari situlah bisa diketahui ini berasal dari senjata api siapa. Tapi situasi sekarang ini tidak memungkinkan untuk kita melakukan itu (otopsi),” jelasnya.
Juru Bicara Polda Maluku ini menghimbau masyarakat, khususnya warga Latu yang merupakan bagian dari NKRI, agar bersama sama menjaga dan menghormati hukum yang berlaku.
“Apabila ada yang melakukan kesalahan, tolong yang bersangkutan datang, ataukah masyarakat yang menyerahkan yang bersangkutan. Kita tidak tinggal diam, tentunya kita punya pentahapan-pentahapan yang berawal dari imbauan-imbauan persuasif, dan kalau itu sudah tidak bisa dilakukan, maka sudah pasti kita akan melakukan langkah-langkah represif,” tegasnya.
Oleh karenanya, terkait pelaku penganiayaan terhadap Syamsul Lussy hingga meninggal dunia, diharapkan agar para saksi yang sudah dipanggil untuk bisa mendatangi polisi. Pihaknya menjamin keamanan dan keselamatan.
“Saya menjamin keamananya, bapak kapolda menjamin keamanannya, tidak akan diperlakukan kasar, tidak akan disakiti, tetapi yang jelas hukum harus ditegakan, sampai kapan masyarakat kita disana akan hidup ketakutan, saling curiga di antara mereka,” ujarnya.
Ohoirat juga menghimbau kepada warga Latu dan Hualoy serta warga desa lainnya agar dapat menahan diri. Tidak ikut terprovokasi dan terpancing dengan isu yang sengaja dihembuskan orang tak bertanggung jawab untuk memperkeruh suasana yang sudah kondusif.
“Mari kita sama sama menjaga kedamaian di Maluku tercinta ini, kita jaga kemurnian kedua desa juga merupakan kedua desa beragama Islam, ini bulan baik, bulan puasa. Marilah kita jaga sama-sama kemurnian bulan puasa jangan sampai kita kotori dengan hal-hal yang bisa sampai meneteskan air mata,” tandasnya.
BUPATI LEPAS TANGAN
Bupati Seram Bagian Barat (SBB) Yasin Payapo, terkesan lepas tangan saat konflik antar warga terjadi di wilayah yang dipimpinnya. Bukti konkrit, salah satunya konflik warga Latu dan Hualoy. Batang hidung Bupati tidak pernah tampak sebagai seorang pemimpin.
Sikap orang nomor 1 di Kabupaten berjuluk Saka Mese Nusa ini disesalkan Polda Maluku. Padahal, sesuai perundang undangan, Pemerintah Daerah harusnya berada di garda terdepan menyelesaikan konflik antar warga.
“Sesuai undang undang, ketika terjadi kerusuhan sosial bahkan yang berada di garda terdepan yang memimpin adalah pemda, tapi sampai dengan saat ini ya, bupatinya beta seng tau ada dimana,” sesal Ohoirat.
Menurutnya, disaat warganya meninggal dunia akibat konflik sosial, Bupati tidak pernah hadir di tengah masyarakat untuk memberikan pencerahan. “Beta tanya kapolres, kapolres bilang bupati tidak pernah ada di tempat. Jadi yang berjibaku di lapangan adalah anggota kita dibantu dengan rekan-rekan TNI,” jelasnya.
Dikatakan, TNI dari Yonif 711 diakui kerap membackup Polri untuk mengamankan fasilitas milik negara. “Mereka sudah berada dengan kita sejak kemarin bahkan sekarang mereka bersama sama menjaga Mapolsek Amalatu, karena itu lambang lambang negara jangan sampai kita kalah,” tegasnya. (CR1)
Komentar