Awan “CB” Penyebab Sambaran Petir di MBD

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon masih menganalisa insiden sambaran petir yang memakan dua korban jiwa di Desa Wulur, Kecamatan Damer, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).
Kepala Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, Ot Oral, mengaku secara umum sambaran petir dapat terjadi karena adanya proses pertumbuhan Awan Cumolonimbus (CB).
Menurutnya, jika pertumbuhan awan CB terjadi begitu cepat dan pada skala kecil, maka secara real time pihaknya akan cukup sulit untuk bisa mendeteksi pertumbuhannya.
“Kami dari BMKG sedang manganalisa terkait fenomena cuaca yang terjadi. Faktor umum yang biasa menyebabkan sambaran petir adalah dikarenakan proses pertumbuhan Awan Cumulonimbus (Cb),” kata Oral, kemarin.
Kepala BPBD MBD Jhon Pattinama mengaku, terkait kebencanaan, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Pihaknya memberikan informasi terkait dengan tanda alam agar masyarakat dapat mengetahui akan adanya bahaya bencana.
“Tanda-tanda alam yang mengindikasikan bencana dapat dipahami masyarakat. Kami akan terus bekerja dengan moto Siap Untuk Selamat dan Mari kita jaga alam dan alam jaga kita,” ungkapnya.
Jhon mengaku, saat insiden sambaran petir terjadi di Desa Wulur, dirinya sedang berada di Tiakur. Keberadaannya di Tiakur dalam rangka mengevakuasi dan memberikan bantuan kepada korban bencana banjir, gelombang pasang dan angin kencang akibat bibit Siklon Tropis di Kecamatan Moa pada 9 Mei 2019.
“Sehingga kejadian sambaran petir di Kecamatan Weduar tidak diketahui. Ini dikarenakan jaringan telepon seluler disana sulit terjangkau,” jelasnya.
Disinggung mengenai penanganan korban meninggal akibat sambaran petir dan sejumlah warga lainnya yang terluka, hingga berita ini diterbitkan, telepon selulernya belum bisa tersambung oleh Kabar Timur.
Sebelumnya, hujan deras disertai angin kencang di Kabupaten Maluku Barat Daya, mulai memakan korban jiwa. Dua warga di Desa Wulur, Kecamatan Damer, dilaporkan tewas disambar petir.
Korban meninggal adalah dua orang bersaudara, Egrianto Lutruwowan Pakniany dan Jhon Tisyen Pakniany. Dua warga ini tewas disambar petir, Minggu (12/5), sekira pukul 14.30 WIT. Selain korban meninggal, tujuh warga mengalami luka bakar di sekujur tubuh, tersambar petir. Yakni, Yotam Lety, Anton Pakniany, Aner Pakniany, Anceni Salakay, Harmanus Lekruhun, Helton Rumihin dan Apristo Soplera.
Informasi yang diterima Kabar Timur, tadi malam menyebutkan, korban bersama empat warga lainya bercengkrama di pinggir pantai Desa Wulur. Tepatnya di belakang rumah Luki Salakay, salah satu pengusaha di desa itu. Tiba-tiba hujan turun begitu deras, mereka berlindung di rumah salah satu warga. Sekitar 15 menit, petir menyambar rumah tersebut. Semua orang yang berada di rumah kecil tersebut terpental dan jatuh seketika ke tanah.
Tersambar petir, korban meninggal Egrianto Pakniany dan Jhon Pakniany, serta tujuh warga lainnya mengalami luka bakar langsung dilarikan ke rumah mereka masing-masing untuk mendapat pertolongan. Namun naas, nyawa Egrianto dan Jhon, tidak tertolong. “Dua warga meninggal dan tujuh orang luka bakar. Saya sementara di Tiakur, tapi saya terus pantau di Wulur,’’ kata salah satu warga Wulur, Tomi Paknianiwewan dihubungi Kabar Timur, tadi malam. Selain luka bakar, celana dan baju warga yang tersambar petir sobek.
Terpisah, salah satu tokoh masyarakat Wulur, Tomi Soplera menuturkan, awalnya para korban sementara menonton sebuah speedboat perikanan jenis kapal bobo yang hendak berangkat ke Ambon. ‘’Namun, saya larang berangkat,’’ kata Soplera yang juga kepala Syahbandar Pelabuhan Damer dihubungi Kabar Timur.
Tiba-tiba hujan deras disertai petir terjadi di kawasan itu. Ketika iu, para korban sementara di pantai dan duduk di atas talud dekat rumah Luki Salakay. Ketika petir menyambar, para korban berlindung di salah satu rumah. Tiba-tiba mereka terjatuh dan merasa tubuhnya keram. “Mereka menderita luka bakar (disambar petir). Ada yang tidak mendengar. Anak Luki Salakay, yakni Jemi Salaky juga mengalami luka gores di kepala,’’ terangnya.
Dia menuturkan, korban meninggal (Pakniany bersaudara) yang tersambar petir langsung jatuh dan tidak sadarkan diri. ‘’Mereka dibawa ke rumah masing-masing, namun beberapa menit kemudian menghembuskan napas terakhir. Korban meninggal dada mereka seperti terbakar,’’ bebernya.
Menurutnya, hujan deras disertai petir kemungkinan dampak dari badai siklon tropis yang melanda wilayah Kabupaten MBD, pekan kemarin. ’’Kami mencurigai ini dari badai itu. Hujan kemudian guntur dan kilat. Hujan terus turun beberapa hari lalu. Tapi sempat terhenti dan kembali hujan. Sekarang hujan terus,’’ pungkas Soplera. (CR1)
Komentar