Dobo Diguncang Gempa, Tiga Rumah Rusak

Ilustrasi

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Warga Dobo panik dan berhamburan keluar rumah setelah diguncang gempabumi tektonik berkekuatan magnetudo 6,6 SR, Sabtu (26/1), pukul 17.12 WIT. Tiga unit rumah, satu rumah sakit rusak dan seorang warga di Kecamatan Pulau-Pulau Aru, Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, terluka.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aru, Fedrik Hendrik, melalui rilisnya yang diterima Kabar Timur menyebutkan rumah warga yang mengalami kerusakan akibat gempa diantaranya Yonias Kolriri, warga Jalan Mutiara RT 015 RW 005, Nurwin Keleanda, Jalan Wiliam Harman RT 010 RW 004 Kelurahan Galay Dubu dan Matias Atdjas, Jalan Cenderawasih RT 001 RW 005 Kelurahan Siwalima, Kecamatan Pulau-Pulau Aru.

Selain tiga rumah warga mengalami kerusakan ringan, tercatat sebuah Rumah Sakit Daerah di Jalan Cenderawasih Nomor Kilometer 6, juga mengalami kerusakan akibat gempabumi tektonik yang mengguncang selama kurang lebih 6-7 detik tersebut.

“Kalau korban terluka seorang anak perempuan bernama Shintia Gaspers (13), warga RT 004 RW 003, Kelurahan Siwalima. Dia mengalami luka ringan karena saat kejadian korban yang diduga panik, berlari mencari keluarga, sehingga terjatuh,” kata Fedrik dalam rilisnya.

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ambon, Andi Azhar Rusdin mengungkapkan, gempa yang terjadi itu tidak berpotensi tsunami. Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempabumi ini berkekuatan 6,6 SR yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi 5,9 SR.

Episenter gempabumi terletak pada koordinat 5,51 LS dan 133,83 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 51 km arah barat laut Kota Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, dengan kedalaman 13 km. Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas tektonik berupa deformasi batuan di Zona Graben Aru.

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi di wilayah Laut Banda ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar turun (normal Fault),” ungkapnya kepada Kabar Timur, Sabtu, kemarin.

Berdasarkan laporan dari masyarakat, guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Dobo dan Nabire dalam skala intensitas III MMI, Wamena dan Timika II MMI. “Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” pintanya.

AIR NAIK PASKA GEMPABUMI

Kepala Polres Kepulauan Aru AKBP. Adolf Bormasa, mengaku gempabumi sempat membuat air laut terlihat naik melewati tembok penahan ombak. “Tadi saat gempa, air naik sedikit saja. Naik dan langsung turun. Tinggi air tidak sampai satu meter. Air naik melewati tembok Siwalima,” ungkap Kapolres kepada Kabar Timur, via selulernya, Sabtu, malam.

Paska gempa, tambah Bormasa, pihaknya langsung turun tangan dengan mengambil sejumlah langkah antisipasi untuk menepis adanya isu tsunami yang berkembang di tengah masyarakat. Melalui Kasat Binmas Polres Aru, pihaknya turun jalan menggunakan mobil patroli dan pengeras suara, untuk meminta warga agar jangan percaya terhadap isu tsunami yang dihembuskan orang tak bertanggungjawab.

“Langkah yang kami ambil melalui Kasat Binmas tadi (Sabtu) yaitu menghimbau masyarakat agar tetap tenang. Bahwa gempa yang terjadi itu tidak berpotensi tsunami,” tandasnya.

GEMPA KAIRATU

Sehari setelah mengguncang Dobo, gempabumi berkekuatan magnetudo 3,3 SR, kembali melanda wilayah Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan sekitarnya, Minggu (27/1), pukul 18.01 WIT. Warga panik dan berhamburan keluar rumah.

Hasil analisis BMKG menunjukan bahwa episenter gempabumi terletak pada koordinat 2.79 LS dan 128.15 BT, tepatnya di laut 30 km Utara Piru-SBB pada kedalaman 10 km.

Ditinjau dari kedalaman hiposenter, gempabumi ini merupakan gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar lokal yang menyebabkan terjadi deformasi batuan. Meskipun dangkal dan terjadi di laut, gempabumi ini tidak berpotensi tsunami karena kekuatannya tidak cukup besar untuk membangkitkan perubahan di dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.

“Berdasarkan informasi warga, intensitas guncangan gempabumi tersebut dirasakan di Kairatu II MMI. Di daerah tersebut, guncangan gempabumi dirasakan oleh beberapa orang. Hingga laporan ini disusun, belum ada laporan kerusakan maupun korban,” kata Kepala Seksi data dan informasi BMKG Ambon.

Hasil analisis BMKG hingga pukul 18.22 WIT, belum terjadi aktivitas gempabumi susulan. Masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan terus mengikuti informasi BMKG serta arahan dari BPBD. “Khususnya masyarakat di pesisir pantai dihimbau agar tidak terpancing isu, karena gempabumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami,” pungkasnya. (CR1)

Komentar

Loading...