Romang Dicekam Isu Balas Dendam

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Polisi serius mengungkap kematian Dolfis Samerwaru yang diduga tak wajar. Hal itu berdasarkan hasil visum dokter yang menyatakan luka korban akibat senjata tajam.
Kematian Dolfis Samerwaru yang misterius, warga Pulau Romang Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) mendadak diliputi isu pembunuhan susulan. Dolfis (37) diduga dibunuh oleh OTK kelompok pekerja kayu dari Camp Jampea Selayar asal Provinsi Sulawesi Selatan yang disinyalir membalas dendam karena isterinya diselingkuhi korban.
Perisitiwa dengan TKP di hutan Deder, dusun Kouratuna, Desa Jerusu, Pulau Romang, Kecamatan Pulau Romang Kabupaten MBD itu terjadi tiga pekan lalu. Tanggal dan harinya belum diketahui, pasalnya Dolfis ditemukan sudah tak bernyawa, dua hari setelah dinyatakan hilang di hutan tersebut.
Dari luka di tubuh tepatnya di bawah ketiak korban, warga menduga kuat bukan disebabkan gigitan babi hutan, tapi oleh senjata tajam. Dugaan kuat pun mengarah ke warga Camp Jampea Selayar yang menghuni hutan Deder sebagai pekerja kayu.
Dikonfirmasi melalui telepon seluler, Kapolres MBD AKBP Richard Tatuh membenarkan adanya temuan mayat atas nama Dolfis Samerwaru di TKP. Namun ditandaskan, masyarakat tidak termakan isu-isu yang tak bertanggungjawab. "Dengar Polri jangan dengar yang lain-lain. isu-isu tidak bertanggungjawab itu. Kita minta semua menahan diri," ingat Richard Tatuh, Jumat (23/11).
Dari pemeriksaan lapangan yang dipimpin Kasatreskrim dan Kapolsek setempat, akui Tatuh ikut diambil sampel darah yang tersebar di TKP. Dan sampel darah tersebut telah dikirim ke Laboratorium Forensik Makassar untuk dianalisa. "Saya perintahkan Kasatreskrim dan Kapolsek turun langsung di TKP. Kita sampai naik ke gunung-gunung lakukan pemeriksaan lokasi," beber Tatuh.
Dikatakan, pihaknya serius mengungkap kematian Dolfis Samerwaru yang diduga tak wajar. Hal itu berdasarkan hasil visum dokter yang menyatakan luka korban akibat senjata tajam.
"Kalau dari hasil visum, ya itu luka tidak wajar. Makanya setelah dari lab forensik, kalau hasilnya seperti itu, ya gali mayat, kita autopsi. Ini demi kepentingan penyidikan, sekalipun keluarga tidak mengijinkan," tegas Tatuh.
Terpisah Wakil Ketua DPRD MBD Hery Lekipera mengingatkan warga tidak terpancing isu-isu tak bertanggungjawab. Dia meminta masyarakat menyerahkan pengusutan kasus ini oleh Polres MBD.
Menurut dia, jika peristiwa naas yang menimpa warga asli pulau Romang itu diakibatkan aksi balas dendam OTK yang disinyalir warga Camp Jampea, dia meminta Polres menyikapi serius. "Isunya karena salah satu warga Camp Jampea isterinya diselingkuhi itu juga harus diusut. Apakah benar seperti itu?," ujar Lekipera.
Menurut dia, bagi warga MBD persoalan perempuan merupakan masalah serius. Jika terjadi, ada pranata adat yang harus dihormati oleh setiap orang di daerah itu. Jika pranata adat ini digunakan secara baik, persoalan tidak akan melebar lebih besar. "Sehingga pembunuhan susulan karena mereka masih dendam, apalagi saling membantai tidak akan terjadi. Itu yang kita harapkan Polisi usut juga," tandas Lekipera. (KTA)
Komentar