Peneliti Unpatti Ambil Sampel di Gunung Botak
KABARTIMURNEWS.COM,AMBON- Tim peneliti Universitas Pattimura Ambon akan kembali melakukan pengambilan sampel di sejumlah kawasan tambang emas Gunung Botak, Kabupaten Buru, hari ini, Sabtu (21/7).
Mereka adalah: DR. Justinus Male dan DR Alberth Nanlohi. Mereka didampingi Dinas SDM Provinsi Maluku. Sampel yang diambil yakni air, lumpur dan biota laut yang bertempat di Teluk Kayeli, Sungai Golgorea, Waelata, Anahoni, dan sekitarnya.
“Rektot Unpatti meminta kami datang, setelah pemberitaan media beberapa hari ini. Dua hari kami disini dan esok (hari ini), kami akan melakukan pengambilan sampel terakhir,” ungkap DR. Justinus Male kepada wartawan usai bertatap muka dengan para pimpinan adat di Kabupaten Buru, Jumat (20/7), malam.
Menurutnya, sampel yang akan diambil akan di teliti untuk menjadi data terakhir. Data tersebut nantinya akan diserahkan kepada pemerintah untuk mengambil langkah selanjutnya. “Nanti dari SDM yang akan membawa sampel untuk di teliti di laboratorium. Apakah di Jakarta atau di luar negeri,” jelasnya.
Dikatakan, pencemaran lingkungan di Buru sudah memprihatinkan. Data tahun 2014 tingkat konsentrasi merkuri sudah melebihi Minamata, Jepang. “Tahun 2013 di tutup. Kemudian tahun 2014 kami teliti konsentrasinya sangat tinggi. Dan saat ini kami kaget kalau sudah di buka kembali,” ujarnya.
Ia berharap, dengan hasil penelitian nanti, pemerintah dapat segera mengambil langkah-langkah selanjutnya. Sehingga dampak pencemaran lingkungan dapat teratasi. “Nanti kami berikan rekomendasi dari hasil penelitian kami untuk pemerintah. Sehingga tambang ini bisa di kaji kembali. Karena berbahaya, jika tambang ini masih berjalan,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, geram jatuhnya korban jiwa akibat pencemaran limbah cianida dan merkuri oleh penambang emas di Gunung Botak, Kabupaten Buru, ratusan warga adat menertibkan penambang ilegal, Kamis (19/7).
Penertiban yang hendak dilakukan ratusan warga adat di cegat alias dihadang aparat Kepolisian Sektor Waeyapo dan Brimob Polda Maluku Kompi Namlea. Mereka khawatir akan terjadi bentrok antara penambang dan warga adat.
Pantauan Kabar Timur di kawasan tambang emas Gunung Botak kemarin, ratu-san warga yang dipimpin masing-masing kepala adat maupun soa, berkumpul sejak siang. Menggunakan parang dan tombak, mereka berbondong bondong naik menuju kawasan tambang di Jalur H, Dusun Wamsait, Desa Dava, Kecamatan Wailata.
Sebelum menuju sasaran, tepatnya Amahoni, kawasan dimana Kaharudin (43), se-orang penambang yang tewas terkapar diduga akibat cianida 18 Juli lalu, mereka dicegat Kapolsek Waeyapo Ipda Novit Prasetyo dan sejumlah anggota Brimob Polda Ma-lu-ku Kompi C.
“Bukan saya tidak mau bapak bapak naik tertibkan para penambang liar, tapi kami khawatir akan terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Seperti bentrokan. Karena penambang di atas juga banyak,” kata Kapolsek.
Mendengar ungkapan Kapolsek, sejumlah pimpinan adat tidak terima. Mereka menuding polisi melindungi penambang ilegal yang telah jelas melakukan pencemaran yang dapat membahayakan nyawa warga.
“Bapak-bapak kenapa membela orang yang salah (penambang ilegal). Kami ke atas (Gunung Botak) bukan untuk berkonflik atau bentrok. Tapi kami ing-in membicarakan baik baik dengan penambang. Biar tertib dan ada batas batas yang harus di jaga,” hardik sejumlah pimpinan berpakaian adat. (CR1)
Komentar