2019 Jangan Sampai Orang Maluku “Dibodohi”
KABARTIMURNEWS.COM,AMBON - Tahun 2019 merupakan tahun politik Rakyat Indonesia, termasuk di dalamnya masyarakat Maluku. Pasalnya, di tahun itu, seluruh rakyat akan “berpesta” demokrasi menentukan wakil-wakil rakyat, mulai dari Kabupaten-Kota hingga ke Senayan Jakarta (pusat), selanjutnya memilih Presiden dan Wakil Presiden di tahun yang sama.
Irhamudin, salah satu mahasiswa Fisip Universitas Pattimura, Ambon, kepada Kabar Timur Minggu, kemarin, mengatakan, siapapun yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden merupakan, pilihan rakyat. “Tapi, pra sebelum Pilpres yang terpenting adalah kita memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk sebagai wakil kita di Parlemen. Baik parlemen kabupaten, kota maupun tingkat pusat,” kata dia.
Untuk tingkat pusat, lanjut dia, Maluku dijatahi delapan kursi wakil rakyat. Empat kursi Anggota DPR-RI dijalur Parpol Peserta Pemilu dan empat kursi senator atau anggota DPD-RI akan direbutkan oleh mereka yang sementara berproses menjadi calon anggota senator Dapil Maluku.
Dia mengungkap, sejumlah politisi yang aktif duduk sebagai wakil rakyat dari jalur Parpol, kini banting stir maju sebagai kandidat calon senator Maluku. “Mungkin kursi senator ini “empuk” dan “basah” sehingga empat kursi jadi rebutan oleh belasan kandidat yang telah terdaftar,” ujarnya berseloroh.
Hanya saja, tambah dia, yang menarik dari nama-nama kandidat yang bakal maju merebut empat kursi senator ini salah satunya: Edy Sambuaga anak dari Theo Sambuaga, politisi Partai Golkar yang berkiprah di Jakarta.
Dikatakan, masuknya nama: Edy Sambuaga kemungkinan besar disebabkan karena Maluku “miskin” figur Senator, sehingga yang bersangkutan “dipaksa” atau digaransi oleh kekuatan raksasa bisnis dimana dia bernaung. “Itu dugaan sementara sebagai seorang mahasiswa melihat fenomena masuknya nama Edy Sambuaga, dalam bursa kandidat calon anggota DPD Dapil Maluku, di Pileg 2019, mendatang,” duganya.
Mahasiswa semester akhir Fisip Unpatti ini mengaku, dugaan jaringan investasi bisnis mendukung langkah Edy Sambuaga bukan tidak mustahil, dengan pelibatan karyawan-karywan hypermart mensosialisakan pencalonan itu. “Faktanya di Maluku City Mall (MCM) brosur sosialisasi Edy Sambuaga kan dibagikan oleh karyawan Hypermart. Saya sendiri pernah diberikan ketika berada di MCM, beberapa bulan lalu, tepatnya di Bulan Ramadhan,” sebutnya.
Tapi, lanjut dia, tidak apa itu biasa berpolitik mencari simpati dalam proses pengenalan figur kepada publik, meskipun Edy Sambuaga baru menjadi warga Kota Ambon, setelah adanya investasi bisnis hypermart dan juga Proyek pembangunan RS Silooam. Lagian, Maluku kan bukan Papua, sehingga apa niat Edy Sambuaga tidak ada larangan.
“Kalau di Papua kan tidak bisa pendatang mencalonkan diri mulai anggota DPRD Kabupaten, Kota, Provinsi hingga DPR RI dan DPD RI. Bahkan, mencalonkan diri menjadi Kepala daerah pun tidak bisa sebagaimana diatur dalam Perda setempat. Tapi itu, kan Papua bukan Maluku,” sebutnya.
Kendati begitu, sebagai mahasiswa yang mengeluti dunia perpolitikan dengan masuknya Edy Sambuaga sebagai salah satu kandidat calon Senator Maluku dengan memanfaatkan peluang investasi bisnis yang ditanamkan di Kota Ambon, harus menjadi catatan dan pertanyaan penting bagi masyarakat Maluku.
“Apakah Maluku miskin SDM? Atau karena merasa telah berbuat untuk investasi bisnis warga Kota Ambon sehingga ada garansi kursi senator? Waraskah cara berdagang politik semacam ini? Jangan sampai kita oarang Maluku dibodohi,” sebutnya.
Dikatakan, langkah Edy Sambuaga mustahil bila tidak ada garansi satu kursi senator dan bisa jadi ini garansi politik dari salah satu penguasa kota yang ingin balas budi karena sejumlah investasi yang telah ditancapkan di Kota Ambon.
“Bila saja ini benar prediksi saya, sangat naif. Modus dan pola politik seperti ini, menurut saya tak ubanya cara kolonialisme gaya baru. Dimana hak dari empat kursi senator untuk warga Maluku ingin kalau kata kasarnya hendak dirampas,” terangnya.
Selanjutnya, kata dia, kalau dalihnya ingin membantu Maluku kan bukan dengan cara harus duduk sebagai wakil rakyat orang Maluku, karena Maluku juga memiliki segudang orang yang memiliki potensi dibidang itu. “Eloknya kalau ingin bantu maluku kader orang atau anak Maluku bukan ambil peran orang Maluku, kalau maju sebagai kandidat itu bukan membantu, tapi berupaya mengambil hak orang Maluku,” tutup dia. (CR7)
Komentar